Mengatur Uang Ala Keturunan Tionghoa














Mengatur Uang Ala Keturunan Tionghoa - 7
dari 10 orang terkaya di Indonesia dan di beberapa negara di Asia Tenggara
yaitu Philipina dan Malaysia ialah keturunan Tionghoa. Tentu saja kesuksesan
mereka berasal dari latar belakang budayanya.







Di saat Tahun Baru Cina ini, mari melihat nilai positif dari Kebudayaan
Tionghoa, khususnya mengenai mengelola uang. Apa yang membuat mereka sukses dan
kaya?







Saya yang bukan keturunan Tionghoa, sering bergaul dengan mereka. Terutama saat
di tingkat perguruan tinggi. Banyak rekan Tionghoa saya ialah pemilik
perusahaan furnitur besar di Negara Indonesia. Dari mereka, saya belajar budaya
Tionghoa yang ia terapkan di dalam bisnis dan dalam mengelola uang.







Tak bisa dipungkiri, Peranakan Tionghoa yang sukses finansial mempunyai prinsip
dasar yang dipegang teguh. Baik di agama dan budaya leluhur mereka, walau
kebudayaan aslinya akan tercampur dengan kebudayaan lokal di tempat mereka
tinggal.





Berikut Mengatur Uang Ala Keturunan Tionghoa : 







Cermat
dan Hemat di dalam mengatur uang



Banyak
yang berpikir keturunan Tionghoa itu pelit. Sebenarnya tidak seperti yang
dipikirkan. Mereka hanya cermat mengeluarkan uang. Kalau biasanya 10-20%
pendapatan disisihkan untuk tabungan di masa depan, keturunan Tionghoa bahkan mampu
sampai minimal 50%.



Teks Cina klasik yaitu Dao De Jing menyatakan, tiga harta terbesar yang dimiliki
ialah berhemat, cinta, dan kemurahan hati. Berhemat adalah bagian integral
hidup budaya Tionghoa. Materi yaitu rumah mewah atau mobil tidak membuat mereka
merasakan nyaman secara finansial. Malah, jumlah rekening banyak yang membuat
mereka merasa aman.




Takut
dengan Ketidak pastian di Masa Depan




Ketika
banyak masyarakat umum hanya memilih hidup untuk saat ini, orang Tionghoa takut
dengan ketidakpastian di masa depan. Mereka akan berusaha menyambut kehidupan
di lain hari dengan persiapan yang lebih baik.



Hal berasal dari nilai ajaran Konghucu: "Di masa damai bersiaplah untuk
perang”. Prinsip ini  kemudian diletakkan dalam pikiran mereka untuk
selalu bersiap akan datangnya masa-masa sulit, bahkan di saat hidup berlimpah
harta.




Memahami
Cara Membuat Uang Berkembang



Menjadi
masyarakat yang sangat suka menabung menjadikan keturunan Tionghoa paham cara
membuat uang bekerja untuk mereka. Mereka tahu, menabung saja tidak akan
membuat sukses secara finansial.



Karena itu, mereka senang berbisnis. Kalaupun mesti bekerja, keturunan Tionghoa
akan mencari produk keuangan yang akan memberikan imbal hasil yang paling
besar. Mereka sadar, beda di 0,5% saja akan memberi dampak pengaruh yang besar di
dalam membangun kekayaan di jangka panjang.




Mengejar
Jumlah




Kebanyakan
keturunan Tionghoa tidak berbisnis yang canggih dan rumit. Namun, yang perlukan
bagi banyak orang. Pikir mereka,  
awalnya,
prinsip yang dipegang ialah lebih baik untung sedikit tetapi sering daripada
untung besar tapi jarang.










Mereka juga sadar untuk mempunyai sumber pemasukan yang sebanyak mungkin dengan
pengeluaran seminimal mungkin. Pebisnis Tionghoa akan selalu mengembangkan
bisnis yang mereka punya di berbagai bidang sehingga mempunyai berbagai
pemasukan.






Tidak
Berutang/Meminjam Uang




Keturunan
Tionghoa bangga untuk menjadi orang yang bebas utang.  Untuk mereka,
berutang uang dari teman atau kerabat adalah pilihan terakhir masalah
finansial.










Mereka malu untuk berutang uang.  Bila tak bisa dihindarkan, mereka akan berusaha
untuk melunasinya segera mungkin. Kegagalan untuk memenuhi kewajiban justru akan
lebih memalukan bagi mereka. Mereka tidak berani menodai nama baik.






Tidak
tabu membicarakan masalah uang



Keturunan
Tionghoa terbuka tentang kondisi keuangan. Memberi tahu gaji atau pemasukan
bukan hal yang tabu. Bahkan bisa untuk bahan pembicaraan di saat baru saling
mengenal.





Bukannya tidak sopan. Tapi, untuk menilai bagaimana individu hidup dengan pendapatan
dan pada akhirnya tahu siapa yang mesti dibantu.





Selalu
Tawar Menawar untuk Mendapat Nilai Terbaik



Di negara
maju, saat kita melakukan proses tawar menawar sering kali dipikir pelit. Di Negara
Cina, tawar-menawar adalah kebiasaan hidup. Jika Anda mengunjungi negara itu
dan masuk toko, sebaiknya tawar harga awal sampai 50-70%.




Walau baru-baru ini banyak yang menerapkan "tidak ada proses tawar-menawar
", Anda tetap masih akan menemukan penjual lain yang bersedia negosiasi
(tawar-menawar). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan harga terbaik dari barang
yang ingin konsumen miliki.


Memberi
yang Terbaik Untuk Guru dan Orang Tua




Hal
yang paling saya sukai dari keturunan Tionghoa ialah penghormatan kepada guru
dan orang tua kerana dianggap berjasa. Tidak ada keraguan untuk memberikan
hasil terbaik kepada mereka. Dipercaya, berbakti kepada guru dan orang tua akan
memberikan hasil kehidupan dan kedamaian yang lebih baik.










Nah, kalau mahu sukses, mari perbanyaklah belajar dari kisah keberhasilan orang
lain. Selama tidak merugikan orang lain dan memberikan manfaat, kenapa tidak?






Share this

Related Posts

close