Proses Pengolahan Inti Sawit di Industri












Setelah sebelumnya membahas mengenai Pengolahan Minyak Kelapa Sawit pada Industri, sekarang ane akan membahas mengenai Proses Pengolahan Inti Sawit di Industri , mau tau bagaimana prosesnya berjalan , yuk baca selengkapnya di bawah






Pengolahan Inti Sawit




1. CAKE BREAKER CONVEYOR.



Ampas pess yang keluar dai
screw press terdiri dari serat dan biji yang masih mengandung air yang tinggi
dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu dipecah. Dengan alat pernecah
ampas yang disebut dengan cake breaker conveyor (CBC). Alat ini berperan
memecah gumpalan ampas dan mengangkatnya ke kolom fibre 
cyclone. Untuk mempermudah
pemecahan gumpalan
serta
mempersiapkan ampas sesuai dengan persyaratan bahan
bakar, maka dilakukan pemanasan. CBC yang dilengkapi dengan pemanasan pada
mantel sehingga kadar air ampas menurun dan mudah diproses lebih lanjut pada
Depericarper.





Ampas press yang
terlalu basah
karena pengempaan tidak sempurna dapat mengakibatkan kerusakan pada alat CBC yaitu sering patah "as" dan juga mempersulit
pemisahan biji dengan serat, yang
bisa mengurangi pengadaan bahan
bakar. Semakin tinggi kadar air dalarn serat akan menyebabkan kalor bakar yang
rendah dan beakibat langsung
kepada pencapaian tekanan kerja serta kapasitas uap yang dihasilkan dari boiler.





Pemecahan gumpalan
ampas press yang sempuna dapat mendukung proses pemisahan serat dengan biji
depericarper, yang merupakan penentu dalam efisiensi pernecahan biji.
Untuk memnercepat penguapan air pada CBC dilakukan pernanasan ampas disepanjang
mantel CBC. Akan tetapi pengeningan inti sering kurang sempurna, diakibatkan
panjang CBC terlalu pendek
serta hisapan fibre cyclone yang kurang kuat sehingga
kelembaban udara di atas permukaan ampas tetap tinggi yang tidak menguntung
terhadap proses evaporasi uap, serta akan menghasilkan serat basah yang
bisa
menurunkan kalor bakar serat. Untuk mengatasi CBC dibuat dalam keadaan terbuka.



2. POLISHING DRUM



Ampas pressan yang terdiri dari biji, serat dan inti dipecah oleh
cake breaker sehingga

menjadi
lebih mudah diblower untuk
memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat. Fraksi ringan terdiri dari serat,
inti pecah halus, biji pecah, inti utuh dan inti pecah. Pernisahan fraksi ini
tegantung dari efisiensi penggunun blower.








Fraksi berat diolah depericarper, yang bertujuan untuk
menghilangkan serat – serat yang masih melekat pada biji. Serat yang terdapat
dikulit biji dapat menggganggu jalannya proses pemecahan biji pada nut
cracker
, yaitu daya pentainya (collision) berkurang yang berakibat pada
proses pernecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi kapasitas olah
unit.














Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan depericarper antara
lain:




  • Kemiringan drum
    berputar, yang bekaitan dengan lamanya biji dipoles. Semakin baik yaitu serat
    yang terdapat dalam biji semakin baik yaitu serat yang terdapat dalarn biji
    semakin sedikit.

  • Kecepatan putar
    polshing drum mempengaruhi terhadap gaya gesekan antara, drum dan biji tetsebut
    berguling - guling pada bagian diding drum dan tidak melebihi tinggi as poros
    drum.

  • Keadaan permukaan
    dalarn drum. Permukaan bagian dalam drum yang dibuat lobang halus dengan garis
    tengan 0,5 cm akan memperbaiki proses pemolesan. 

  • Hisapan angin yang
    bertujuan untuk membuang serat halus yang masih terdapat dipermukaan drum
    serta biji yang boleh menghambat / mengurangi gaya gesekan drum
    dengan biji. 




3. FERMENTASI BIJI



Biji mengandung pectin, yang terdapat antara tempurung dengan
inti. Untuk mempermudah pemecahan biji dalam
cracker, maka pectin yang
berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses
kimia seperti fermentasi.









Fermentasi ialah salah satu
proses biokimia, yang dikembangkan pada pengolahan biji sawit. Waktu tunggu
pemeraman berpengaruh terhadap proses hidrolisis yang cukup berpengaruh
langsung terhadap keberhasilan cracker. Lamanya pemeraman yang dianggap
memenuhi kriteria ialah 24 - 48 jam, dengan kadar air biji 15 %.


Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas hingga suhu
berkisar antara 40 
– 60 oC. Pemanasan dengan temperature rendah berguna
untuk membantu proses hidrolisa, kalau temperature terlalu tinggi akan
menyebabkan pectin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan di
cracker kurang behasil, yaitu meningkatnya inti pecah, inti lekat dalarn
tempurung yang dapat menurunkan kualitas.






4. NUT GRADING






Alat pemecah biji
disebut dengan
nut cracke. Biji yang telah diperarn dalam nut silo
akan dipecahkan dalam nut cracker. Sebelum proses pemecahan biji
terlebih dahulu
diseleksi berdasaakan ukuran biji dengan menggunakan
alat
nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran - ukuran lubang yang berbeda - beda. Biji yang telah
diseleksi tediri dari ukuran lobang yang berbeda -
beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil , (8-14
mm), sedang (15-17 mm) dan besar (18 mm). Variasi ukuran biji ditentukan oleh
jenis tanaman.





Faktor
yang mempengaruhi variasi biji dalam kelompok fraksi tergantung pada :





  • Retentin time dalam proses
    pemisahan. Semakin larna biji berada.dalam drum maka kesempatan biji untuk
    lolos dari lobang yang sesuai semakin tinggi.

  • Semakin panjang ukuran nut
    grading pemisahan semakin sempurna, karena kesempatan memisahkan akan lebih
    baik.
     

  • Perbandingan antara setiap
    kolom yakni kolom fraksi kecil lebih panjang dari pada kolom untuk fraksi yang
    lebih besar. Hal ini ber
    hubungan dengan volume umpan biji yang mesti melalui kolom fraksi yang kecil lalu berakhir di kolom fraksi besar.

  • Kecepatan putaran nut grading. Semakin cepat putaran nut grading
    maka kesempatan biji untuk keluar dai lobang disetiap kolom akan semakin kecil.
     



5. PEMECARAN BIR



Pemecaran Bir terdiri dari : 





5. 1. Nut Cracker




Alat ini berfungsi
memecahkan biji dengan system lemparan biji ke dinding yang keras. Mekanisme
pemecahan biji ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan massa biji yang
dipecahkan. Karena faktor massa yang merupakan faktor yang selalu berubah -
ubah maka perlu dilakukan pengelompokkan biji, dan ini telah dimulai
dari nut grading. Karena biji telah dikelompokkan menjadi tiga fraksi maka cracker
disediakan tiga unit. Ketiga cracker tidak
memiliki putaran yang sama, karena semakin kecil ukuran biji maka diperlukan putaran
yang lebih tinggi. Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya persentase
inti pecah dan inti lekat. 






Faktor yang mempengaruhi keberhasdilan pemecahan
biji antara lain:





1. Karakter biji


 Biji yang semakin kecil akan lebih sulit dipecah dibanding dengan
biji yang besar. Semakin banyak serat yang melekat dalam biji maka biji akan
lebih sulit dipecahkan, dan seriing menghasilkan biji pecah dan inti lekat.
Kadar 
biji yang rendah akan lebih gampang untuk dipecah dan menghasilkan inti yang utuh.
Kadar air yang diinginkan ialah 15%. Kadar air
tersebut dapat dicapai jika dilakukan pemeraman yang sempurna.





2. Kapasitas olah


 Pemecahan biji diatas
kapasitas yang sudah ditetapkan akan menurunkan efisiensi pemecahan biji, yaitu
sering ditemukan biji utuh dan inti lekat dengan persentase yang besar.





3. Kelengkapan "nut cracke " dengan alat penangkap logam
berat


 Alat pemecah biji yang tidak
dilengkapi dengan alat penangkap logam. dapat menyebabkan kerusakan dinding nut
cracker sehingga permukaan tidak rata dan menyebabkan biji tidak pecah.






5.2 Ripple mill.







Ripple mill terdiri dari dua bagian yaitu Rotating rotor
dan stationary plate.







Rotating rotor terdiri
dari 30 batang rotor rod yang tersusun dari 30 batang rotor rod yang
terbuat dari high carbon steel yang terdiri 2 lapis yaitu 15 batang dipasang
dibagian luar dan 15 batang dibagian dalam. Stasionery plate terbuat dari
carbon stel dengan permukaan bergerigi tajam.







Mekanisme pemecahan biji berbeda dengan nut cracker, yaitu dengan
cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan
bisa menyebabkan pecahnya biji. Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi oleh kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya, jarak antara rotor
dengan plat bergerigi dan ketajaman gerigi - gerigi plat disusun sedemikian
rupa sehingga beperan sebagai penahan pemecah.





Alat ini dapat memecah
biji tanpa melalui perneraman dalam nut silo asalkan dalam poses perebusan
dilakukan dengan sempuma yaitu tekanan rebusan 3 kg/cm
2 dengan system 3 puncak selama
90 menit, yang setara dengan kadar air 15 %. 







Efisiensi pemecahan
biji dipengaruhi :





1. Kondisi ripple mill.


 Keadaan plat yang bergerigi tunpul dan roda yang bengkok akan
menyebabkan pemecahan tidak efektif.





2. Jarak rotor dengan plat bergerigi.


Jarak yang terlalu rapat akan menyebabkan persentase biji yang remuk cukup
tinggi dan
kalau jarak terlalu renggang maka
pemecahan biji
menjadi
tidak sempurna.





3. Putaran rotor


 Putaran yang terlalu laju akan menghasilkan biji yang
hancur dan terlalu rendah

yang
mengakibatkan banyak biji yang tidak
pecah.





4. Bentuk biji.


 Ukuran biji yang heterogen, bentuk biji yang lonjong dan gepeng akan menyebabkan efisiensi pemecahan biji yang rendah. 







Oleh sebab itu untuk
setiap penggunaan ripple mill pada setiap PKS pertu dilakukan penyesuaian
terhadap biji yang diolah.






6. PEMISAHAN INTI DENGAN
TEMPURUNG






Pemisahan Inti dengan Tempurung terdiri dari :




6.1 Claybath.




Tanah liat dapat tersuspensi dalam air dan memiliki berat jenis
larutan diatas satu, tergantung dari konsentrasi tanah liat yang dilarutkan.
Larutan ini dapat digunakan untuk memisahkan dua kelompok padatan yang memiliki
berat jenis yang berbeda. Inti sawit basah memiliki berat jenis 1,07 sedangkan
cangkang 1,15 - 1,20. Maka untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat BJ larutan
1,12 sehingga inti mengapung dan cangkang akan tenggelam.







Hasil gilingan biji masuk kedalarn bak. Inti yang mengapung
ditangkap dengan menggunakan talang dan diayak serta disiram dengan air agar
inti bebas tanah liat, sedangkan cangkang dihisap dari dasar bak dan
dipornpakan kedalam saringan kernudian dikirim ke shellhopper. Agar sifat
suspensi tanah liat dapat stabil maka dilakukan pompa sirkulasi agar tidak
terjadi pengendapan tanah liat. Akibat penarnbahan zat yang tersuspensi sepeti
debu dan inti maka terjadi perubahan berat jenis cairan sehingga efisiensi
pemisahan akan menurun oleh sebab itu perlu dilakukan kontrol setiap waktu
secara terjadwal.





Faktor yang mempengaruhi
efisiensi pernisahan :  





1. Berat jenis suspensi.


Pernisahan
inti disebut "continuitas process" dan berat jenis dapat berobah akibat pertarnbahan zat tersuspensl yang berasal dari
pecahan biji yang memiliki berat jenis yang berbeda dengan tanah liat.
Akibatnya pemisahan inti
serta cangkang tidak sesuai dengan
yang
diharapkan. Untuk mempertahankan suspensi ini, sering
dilakukan penyesuaian BJ dengan penambahan tanah liat atau penggantian suspensi
secara terjadwal.





2. Kualitas tanah liat.


Karena kesulitan memperoleh tanah liat maka orang sering mencari tanah liat seperti kaolinKaolin memiliki warna dan sifat yang baik akan tetapi barganya
tinggi. Orang mencoba menggunakan kapur (CaCO3), akan tetapi
diperoleh suspensi yang tidak baik, hal ini dapat terlihat jika pemompaan
berhenti maka kapur langsung mengendap dan sangat sulit mengaktifkan kembali.
Juga kapur memiliki sifat yang tidak baik yaitu
dengan terjadinya
pembentukan busa sehingga
mengakibatkan
sulitnya pemisahan inti. 






6.2. 
Hidrosiklon






Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalaini
pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi
berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung
berdasar dari berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis
tempurung dengan inti maka, campuran akan
dilewatkan melalui siklon, sehingga inti akan keluar dari atas
pemukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah
, lalu masing -
masing fraksi diangkut
menuju pengolahan lebih lanjut.










Keberhasilan pernisahan tempurung dari inti dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara













lain:

















  • Tekanan pompa air yang melalui siklon, tekanan yang lebih tinggi
    akan memepercepat pemisahan inti dan cangkang. Sernakin -tinggi pompa maka
    pemisahan akan lebih sempurna putaran cyclone akan lebih baik jika permukaan
    bagian dalam lebih atas

  • Kebersihn umpan

  • Rotasi periggantian air

  • Biji bulat yang tidak
    terpecahkan dalam pemecah biji perlu dilakukan permisahan dengan ayakan biji,
     biji dikembalikan ke conveyor pengangkut biji
    menuju alat pemecah.



Keberhasilan pemisah inti dengan hidrosiklon dapat diketahui dari
jumlah kandungan kotoran (cangkang) dalam inti sawit. Pernisahan inti yang
dianggap cukup baik jika kadar cangkang lebih dari 6 %. Dan kadar inti dalam
tumpukan cangkang tidak lebih dari 2 %.






7. PENGERINGAN INTI







Kadar air permukaan
inti hasil pemisaban basah dapat diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan
getar sehingga mepercepat kering dan ada baiknya jika dibantu dengan pemberian
uap panas. Inti sawit dapat
bertahan
tahan lama dengan
disimpan selama 6 bulan di ALB akhir jika kandungan air inti
sangat rendah. Sedangkan inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi
pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu dengan kandungan air 7 % dan
terdapat inti pecah 15 % beberapa PKS diperoleh hasil bawah setelah penyimpanan
6 bulan diperoleh ALB antara. 3-5 %.







Alat pengeringan inti
terdiri dari type batch dan continous process. Tipe batch tidak lagi berkembang
karena terdiri dari alat pengering yang mengguanakan sinar matahari, ini banyak
dilakukan di Afrika. Dan yang berkembang dewasa ini adalah contionuous process
yang disebut dengan silo Inti.







Pengeringan inti yang berkembang ialah tipe rectangulair. Alat ini
mengeringkan inti dengan udara panas
(steam) yaitu mengalirkan udara
melewati heater yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan temperature
130
oC (heater atas), 85 0C (heater tengah) dan 60oC (heater bawah). Untuk
memperoleh inti yang sesuai dengan keinginan konsumen maka pemanasan pada
ketiga tingkat tersebut dibuat suhu berbeda-beda yaitu suhu atas, tengah dan
bawah. Untuk pengeringan inti basah berturut-turut 70, 80 dan 60
oC dan untuk pengeringan
inti kering berturut-turut 70, 70, dan 60
oC. Udara panas
dihernbuskan dan keluar dari lobang yang sudah ada sehingga pengeringan inti
setiap lapisan terjadi dengan baik. Masa pengeringan tergantung pada kadar air
dalam inti yang dipengaruhi oleh sistem perebusan buah., fermentasi biji dan
sistem pemisahan inti dan cangkang.







Pengeringan
yang terlalu lama
bisa
mengakibatkan
oksidasi
dan penggosongan di bagian minyak inti. Pengeringan
inti yang baik ialah pengeringan dengan suhu rendah dengan tujuuan
untuk penguapan bias
berjalan lambat dan merata di permukaan dan bagian dalam
inti, jika pengeringan dengan suhu tinggi maka akan terjadi kerusakan inti.







8. POLA PENGOLAHAN INTI








Efisiensi pengutipan
inti (EPI) ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, yang tinggi jika rendemen
inti yang diperoleh mendekati rendemen teoritis, umumnya lebih besar dari 90%.
Sedangkan kenyataannya bahwa realisasi di lapangan sekarang berkisar antara,
80-85 %. Angka ini perlu dinaikkan dengan merancang pabrik pengolahan biji di
PKS yang efisien dan ekonomis.





Berdasarkan pengamatan
di beberapa PKS terlihat bahwa alat pengolahan biji yang memiliki investasi
yang tinggi dan perawatan yang efektif ialah Hidosiklon, sehingga alat ini
tidak lagi ditempatkan dalarn pola yang akan dikemukakan dibawah ini. Antara
Nut Cracker dan Ripple Mill terdapat keuntungan dan kelemahan
di kedua
alat tersebut, akan tetapi ditinjau dari segi ke
perluan alat
pendukung lainnya maka diusulkan menggunakan Ripple Mill. 







Oleh sebab itu disusun pola
pengolahan biji sawit sebagai berikut :





1. Pola pertama "Sistem basah"


Pada pola pertama ini
pengolahan inti antara lain terdiri dari unit fermentasi, Ripple Mill, Claybath
dan Kernel Drier (type Cylindrical). Pemeramam biji dengan silo biji yang dialiri
dengan udara panas diatur suhu Silo berkisar 50 – 70
oC. Suhu Nut
Silo bagaian atas 70
oC
, bagian tengah 60oC, dan bagian
bawah 50
oC
. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu
proses hidrolisis, kalau temperature terlalu tinggi bisa menyebabkan pectin
mengering sehingga sulit
untuk
dihidrolisa sehingga pernecahan di cracker kurang berhasil yang
mengakibatkan meningkatnya inti pecah, inti lekat dalam tempurung yang dapat
menurunkan kualitas.





2. Pola
kedua "Sistem Kering"


Di
pola kedua ini, pengolahan inti terdiri dari unit Fermentasi, Ripple Mill,
Pneumatic 1, Phneumatic 2 dan Kernel Drier (Ty pe Cylindrical). Pola mi
merupakan sistem kering karena tidak menggunakan Clay bath maupun hidrosiklon.
Hisapan dengan angin mempunyai keuntungan jika dibandingkan dengan pemisahan
secara basah dan hidrosikion, Inti yang dihasilkan tidak basah sehingga
keperluan energi untuk'mengeringkan inti
ini di perlukan hanya sedikit
dan kemungkinan kerusakan minyak
di dalam pengeringan semakin
kecil. Dengan cara ini keadaan pabrik bersih tidak sekotor "kernel
plant" yang menggunakan pemisahan inti sistem basah. Akan tetapi i umlah
inti tidak terkutip sangat tinggi.















Pada pola ini,
Phneumatic I dan Pneumatic 11 berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terdiri
dari debu dan partikel halus (cangkang), sehingga dalam pelaksanaannya perlu
ditambah dengan Phneumatic Il. Phneumatic II berguna untuk memisahkan inti dari
tumpukan cangkang. Penambahan Phneumatic II akan menambah baiya investasi
tetapi akan meningkatkan rendemen inti.





3. Pola ketiga "Gabungan Sistem Basah dan Sistem Kering"


Di pola ketiga (3) ini pengolahan inti terdiri dari unit Fermentasi, Ripple mill,
Phenumatic 1, Phenurnatic II, Claybath dan Kernel Drier. Pola ini merupakan
gabungan antara sistem basah dan sistem kering, sehingga sistem ini memerlukan
2
(dua) unit Kernel Drier, 1 (satu)
unit untuk mengeringkan inti sawit yang berasal dari Claybath dan
1 (satu)
unit lagi untuk megeningkan inti sawit yang berasal dari Phenumatic.












 




 






































Share this

Related Posts

close