Sejarah Pabrik Pupuk Kalimantan Timur





































PT.
Pupuk Kal
imantan
T
imur berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan untuk melanjutkan proyek pembangunan pabrik urea dan amoniak, yang sebelumnya proyek ini dikelola oleh
PT.
Pertamina. Pada awal berdirinya, PT. Pertamina berencana mendirikan pabrik pupuk ini sebagai unit-unit pabrik terapung diatas dua buah kapal, yaitu kapal SS Mary Elizabeth sebagai pabrik urea yang berukuran 30.000 DWT dengan kapasitas produksi 1.700 Ton/hari.
sedangkan
pabrik amoniak dibangun di atas kapal SS Dominique yang berukuran 35.000 DWT dengan kapasitas produksi 1.500 Ton/hari. Pembuatan peralatan pabrik mulai dilaksanakan
pada tahun 1974 di Eropa dengan dana dari pinjaman Bank Dunia yaitu
 negara – negara MEE.







Pertimbangan
pendirian pabrik terapung tersebut diharapkan
mampu lebih dinamis, hal ini ditujukan untuk mengantisipasi
jika
suatu saat
sumber gas alam disebuah lokasi telah habis,
sehingga akan memudahkan pabrik untuk mencari sumber gas
alam yang baru.
Lokasi proyek pabrik ini terletak diantara 10-15 mil dari lepas
pantai. Fasilitas penunjang pabrik yaitu tangki terapung untuk penyimpanan
amoniak, kapal terapung untuk penyimpanan urea,
dan mooring
complex
akan dibangun, serta floating security
boom

yang akan mengelilingi semua fasilitas
pabrik
apung tersebut. Namun Setelah meninjau dan menilai kembali
konsep pabrik terapung ini, dengan memperhatikan aspek teknis dan
adanya jaminan ketersediaan bahan
baku
, yang diperkirakan akan mampu
bertahan selama 25 tahun.
Maka telah diputuskan pembangunan pabrik akan dilanjutkan di darat





Berdasarkan
Kepres No.53 tahun 1975 dibentuk tim khusus yang bertugas meninjau dan meneliti
program pembangunan pabrik terapng yang beresiko jika terjadi kebocoran,
kejanggalan desain pabrik diatas kapal, yakni soal pembuangan limbah pabrik ke
laut, perbaikan
kapal
akan mempengaruhi pabrik di atasnya, ternyata kedua kapal yang akan dijadikan
pabrik terapung itu merukapan kapal bekas dan komponen pabrik terpencar
diberbagai negara eropa. Sehingga pemindahan pabrik ke darat akan memiliki
kepastian teknis dan ekonomis yang lebih mantap.





Kemudian penempatan pabrik diputuskan
di Bontang. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena dekat dengan sumber gas
alam yang melimpah untuk keperluan bahan baku dan pertimbangan keterpencilan
Bontang. Alasan membangun pabrik di tempat terpencil dikarenakan pabrik yang
akan dibangun adalah pabrik kimia yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
(B3).





Sesuai
dengan kebijakan pemerintah untuk menata kembali bidang tugas PT. Pertamina,
maka pemerintah memutuskan mengalihkan pembinaan proyek dari PT. Pertamina ke
Departemen Perindustrian dibawah Direktorat Jendral Industri Kimia berdasarkan
Kepres No. 39 tahun 1976. Melalui peraturan pemerintah RI No. 29 tahun 1977
tanggal 23 Mei 1977 ditetapkan pembentukan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Persero)
kemudian dihadapan notaris Yanuar Hamid, SH. dan disaksikan Sekertaris Jendral
Departemen Perindustrian Ir. Achmad Slamet serta dilakukan penandatanganan Akte
Dasar, Ir. Agus Sujono sebagai wakil kuasa pemegang saham pemerintah dan Moh.
Saleh Djindang, SH. selaku pemegang saham peserta
, pada tanggal 7 Desember 1997 di Jakarta.  Selanjutnya tanggal tersebut ditetapkan
sebagai hari lahirnya PT. Pupuk Kalimantan Timur (Persero).





Proyek Pembangunan Pabrik dan Perkembangannya





Sebagai
produsen pupuk urea terbesar di dunia dalam satu lokasi, PT. Pupuk Kalimantan
Timur pada saat ini memiliki 6 pabrik amoniak dan urea, kemudian ditambah
dengan pabrik NPK. Pabrik tersebut antara lain Pabrik-1 (sudah tidak
memproduksi amoniak), Pabrik-2, Pabrik-3, 
Pabrik-4, Pabrik-5, Pabrik-1A (gabungan dari pabrik ex. PT. Kaltim
Pasific Amoniak (KPA) dan Proyek Optimasi Pupuk Kaltim (POPKA)),
  Pabrik
Pupuk NPK Compound (Fuse), dan NPK Blending
. Selain itu juga
terdapat beberapa unit produksi dan sarana pendukung antara lain Urea
Formaldehyde, ASU/ASP (penghasil nitrogen dan oksigen), HRU, storage amoniak
dan urea, seperangkat
maintenance system dan lain-lain.





Pabrik Kaltim-1































Pembangunan proyek
Pabrik-1 diserahkan kepada Lumnus Co. Ltd. dari Inggris sebagai kontraktor yang
bekerja sama dengan Lurgi dari Jerman dan Coppee Rust dari Belgia. Pelaksanaan
pembangunan Pabrik-1 mulai dilaksanakan pada tanggal 16 November 1979 dan
seharusnya selesai tanggal 20 Maret 1982. Karena alat pabrik tidak layak
dipasang, maka
Pabrik-1 baru dapat berproduksi tanggal 30 Desember 1983 untuk amoniak sedangkan
urea mulai berproduksi pada tanggal 15 April 1984.
Pabrik-1 ini menggunakan proses Lurgi untuk pembuatan amoniak dengan
kapasitas sebesar 1500 Ton/hari
dan
proses Stamicarbon BV Gellen Holland untuk urea

dengan kapasitas 1700 Ton/hari. Khusus untuk amoniak, Syintesis loop menggunakan proses Grande Proisse.





Pada perkembangan
selanjutnya dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas Pabrik-1 (optimalisasi)
pada pertengahan tahun 1995. Kapasitas
Pabrik-1 yang semula adalah 1.500 Ton/hari untuk amoniak dapat
ditingkatkan menjadi 1.800 Ton/hari. Sedangkan kapasitas urea berubah dari
1.700 Ton/hari menjadi 2.125 Ton/hari.





Karena Pabrik-5 sudah beroperasi jadi Pabrik-1
akan di
shutdown, hal ini dikarenakan
proses produksi pabrik dirasa kurang efisien. Oleh karenanya Pabrik-1 sekarang
sudah tidak memproduksi amoniak lagi, sehingga pabrik hanya beroperasi untuk
proses produksi urea.





Pabrik Kaltim-2



















































Pada tahun 1982 mulai dibangun Pabrik-2
dengan kapasitas 1.500 Ton/hari amoniak dan 1.725 Ton/hari urea. MW Kellog
Cooperation sebagai kontraktormenandatangani kontrak proyek pabrik tersebut
bersama – sama dengan Toyo Menka Kaisha dan Kobe Steel dari Jepang tanggal 24
Maret 1982. Pembangunan pabrik ini selesai  tanggal 29 Oktober 1984 dan mulai berproduksi
secara komersial pada tangggal 1 April 1985.
Proses yang dipakai adalah proses MW Kellog untuk
pembuatan amoniak dan proses Stamicarbon untuk urea. Dan peresmian Pabrik-2
dilaksanakan oleh Presiden RI yang pada masa itu dilaksankan oleh Pak Suharto
bersamaan dengan peresmian  Pabrik-1,
pada tanggal 28 Oktober 1984.




Pada tahun 1999 dilaksanakan retrofit
terhadap pabrik amoniak sehingga kapasitas produksi menjadi 1800 Ton/hari. 




Pabrik Kaltim-3






























Untuk memenuhi keperluan pupuk nasional yang
semakin meningkat, mulai tahun 1987 diputuskan untuk mendirikan Pabrik-3 dengan
kapasitas 1.000 Ton/hari amoniak dan 1.725 Ton/hari untuk urea dengan
pemancangan tiang pertama tanggal 19 Juni 1986 dengan Ir. Hartarto
lalu diresmikan oleh Presiden
RI Soeharto. Pembangunan proyek
ini
dipercayakan kepada PT. Rekayasa Industri (Persero) sebagai kontraktor yang
bekerja sama dengan Chiyoda Chemical Engineering
dan Contr. Co. dan Toyo Menka Cooperation.
Pabrik tersebut dilengkapi pula dengan sebuah unit recovery hidrogen yang
mengolah flash gas dan purge gas Pabrik-1, Pabrik-2, Pabrik-3 yang disebut
Hidrogen Recovery Unit (HRU) dari proses Constain Petrocarbon
yang ditempatkan di area
Pabrik-2.
Bila dioperasikan unit
ini dapat memberi tambahan produksi amoniak
Pabrik-3 sebesar 180 Ton/Hari. Adapun
proses yang digunakan oleh Pabrik-3 adalah proses Haldoer Topsoe untuk amoniak dan proses Stamicarbon Stripping untuk urea. Pabrik-3 diresmikan pada tanggal
4 April 1989.




Pabrik Kaltim-1A































Pabrik-1A awalnya terbentuk karena gabungan
dua buah pabrik yaitu gabungan dari PT. Kaltim Pasifik Amoniak (PT. KPA)
beserta 
pabrik Proyek Optimasi Pupuk
Kaltim (POPKA).




Pembentukan Pabrik-1A ini diawali dengan ditandatangani proses  “Transfer Asset Agreement”  pada tangal 13 Maret 2014 di Kantor Pupuk
Indonesia (Persero), Jakarta. Oleh karena itu PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT)
secara resmi mengambil alih PT Kaltim Pasifik Amoniak (KPA) adalah pabrik
amoniak berkapasitas 2000 Ton per hari dengan fasilitas
lengkap. Nilai aset pabrik amoniak
beserta fasilitas
lengkap
itu adalah USD109 juta. Dengan pengambilalihan aset ini, kapasitas produksi PKT
bertambah sebanyak 660 ribu Ton per tahun, lalu total kapasitas produksi
amoniak PKT naik menjadi 2,51 juta Ton per tahun.




Pada tahun 1997 mulailah dibangun pabrik Urea IV (POPKA) yang mulai berproduksi awal
tahun 1999. Pabrik ini didirikan dengan mengetahui potensi di PT. Pupuk
Kalimantan Timur melihat adanya kelebihan produksi amoniak dan
karbondioksida
(
CO2) dari Pabrik-1 dan Pabrik-2. Pabrik POPKA diresmikan oleh Presiden Abdurrahman
Wahid tanggal 7 Juni 2000 ini memproduksi urea granul dengan kapasitas 1.725
Ton/Hari. kontraktor utama adalah PT. Rekayasa Industri bekerja sama dengan Chiyoda
Chemical Engineering Construction Company, yang menggunakan lisensi proses dari
Stamicarbon




Karena masing-masing pabrik hanya
memproduksi amoniak dan urea, maka untuk meningkatkan efisiensi kini
  digabungkanlah kedua pabrik tersebut menjadi
satu pabrik yaitu Pabrik-1A. Sehingga untuk produksi per tahunya Pabrik-1A bisa
menghasilkan 660.000 Ton amoniak (dari ex. KPA) dan 570.000 Ton urea (dari ex.
POPKA)




Pabrik Kaltim-4





























untuk mengantisipasi meningkatnya keperluan akan pupuk
urea oleh masyarakat Indonesia dan sekaligus sebagai
pengganti
pabrik – pabrik yang sudah tua, maka pada tahun 1999 pemerintah setuju untuk
membangun 3 buah pabrik urea di Indonesia yang salah satunya adalah pendirian
Pabrik-4 di PT. Pupuk Kalimantan Timur.




Proyek pembangunan Pabrik-4 ditangani oleh kontraktor PT. Rekayasa Industri dan
Mitsubishi Heavy Industries, Japan. Kapasitas produksi untuk amoniak adalah
330.000 Ton/tahun dan 570.000 Ton/tahun untuk urea.
Unit
urea Pabrik-4 diresmikan 3 Juli 2002 dan unit amoniak Pabrik-4 diresmikan Presiden
RI pada tanggal 31 Mei 2004. Sama seperti POPKA, Pabrik-4 pun memproduksi urea
granul. Pabrik ini menggunakan proses Haldor
Topsoe
untuk amoniak dan Snamprogetti untuk urea
.




Pabrik Kaltim-5


























Pembangunan unit Pabrik-5 diresmikan pada
tanggal 25 Oktober 2012 oleh Presiden RI. Masa pembangunan proyek dilakukan
hingga tahun 2014. Saat ini, Pabrik-5
sudah
beroperasi. Pabrik-5 dapat memproduksi urea 3.500 Ton/Hari atau 1,15 juta
Ton/tahun dan memproduksi amoniak 2.500 Ton/Hari atau 850 ribu Ton/tahun.
Proyek Pabrik-5 ini ditujukan untuk menggantikan produksi amoniak dan
urea dari
Pabrik-1. 



Share this

Related Posts

close