Insiden Terjadi di Natuna Kapal Patroli Indonesia vs Kapal Vietnam








Lima kapal ikan asing diduga
melarikan diri setelah mendapatkan intervensi dari penjaga pantai dan Angkatan
Laut Vietnam yang menyebarkan kapal perang ke lokasi kejadian.





Dilansir dari The Jakarta Post (23/05),
Insiden tersebut dipandang sebagai ujian utama bagi Presiden Joko “Jokowi”
Widodo, yang secara pribadi mengamati latihan perang di Natuna pada hari
Minggu.





Dalam beberapa bulan
terakhir, Jokowi memulai sebuah kebijakan untuk meningkatkan kehadiran
militer Indonesia di wilayah tersebut, termasuk perairan yang telah lama
menjadi daerah rawan. Penangkapan ikan secara ilegal merajalela di peraian
Indonesia.





Ketika insiden ini
terjadi, puluhan menteri Asia Pasifik, termasuk Menteri Perdagangan
Enggartiasto Lukita, berada di Hanoi untuk menghadiri pertemuan APEC Ministers
Responsible for Trade (MRT) di mana mereka menetapkan komitmen untuk memperkuat
kerjasama ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif.





Kapal patroli KM Hiu Macan
001 milik Direktorat Jenderal Kelautan dan Perikanan (PSDKP) menangkap lima
kapal tersebut sekitar pukul 11 pagi pada hari Minggu. 
Peralatan penangkapan ikan
ilegal seperti jaring insang dan lain sebagainya dilaporkan ditemukan di atas
kapal.





Perahu pertama yang
tertangkap adalah KG-95850-TS yang diikuti oleh KG-97055-TS dan kemudian
KM-97579-TS. Kira-kira setengah jam kemudian, kapal patroli Indonesia menangkap
KG-90206-TS dan KG-93979-TS. Sebelas awak kapal ditemukan di atas masing-masing
kapal.





Kelima kapal tersebut
dikawal ke Pangkalan Pemantauan Batam di Batam untuk penyelidikan, sekitar 450
kilometer barat daya Natuna, namun dua kapal penjaga pantai Vietnam dilaporkan
telah menghalangi operasi penangkapan tersebut.





“Penjaga pantai [Vietnam]
memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia [ZEE],” kata direktur umum PSDKP Eko
Djalmo Asmadi kepada The Jakarta Post melalui telepon pada hari Senin





Salah satu kapal Vietnam
dilaporkan menabrak satu kapal yang ditangkap pada pukul 3 pagi. Pelaut
Indonesia yang dikirim ke kapal kemudian dilaporkan disandera dengan imbalan
pelepasan nelayan Vietnam.





Saat ditanya tentang
penabrakan dan sandera yang dilaporkan, Eko mengatakan bahwa pihaknya masih
mencari konfirmasi detailnya.





Seorang sumber TNI yang
meminta anonimitas mengingat sensitivitas isu tersebut mengatakan Angkatan Laut
telah mengerahkan beberapa kapal perang ke lokasi tersebut menyusul laporan
insiden tersebut.





Juru bicara Angkatan Laut, Laksamana Pertama
TNI Gig Jonias Mozes Sipasulta
, mengatakan bahwa dia belum
menerima laporan lengkap tentang insiden tersebut.





Kepala satuan tugas PSDKP
Batam, Slamet, juga menolak menjelaskan secara rinci. “Anda mungkin ingin
menghubungi kantor pusat kami [di Jakarta] yang menangani kasus ini,” katanya.





Ini bukan konfrontasi
pertama antara pihak berwenang Indonesia dan asing terkait dengan penangkapan
kapal penangkap ikan ilegal.





Pada bulan Maret 2016,
pihak berwenang Indonesia menangkap kapal Kway Fey 10078 China dengan bobot 200
GT di ZEE Indonesia dan menahan delapan anggota awak kapal tersebut.





Ketika pihak berwenang
mengawal kapal dan kru ke Natuna untuk penyelidikan lebih lanjut, sebuah kapal
penjaga pantai China mengejar mereka dan menabrak Kway Fey 10078 dalam upaya
mencegah kapal tersebut masuk ke perairan teritorial Indonesia.





Dihubungi terpisah, juru
bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa kementerian
belum menerima informasi rinci.





The Jakarta Post juga
mencoba menghubungi Kedutaan Vietnam di Jakarta melalui telepon dan email pada
Senin malam namun belum ada tanggapan pada pukul 10.00.








Share this

Related Posts

close