Apa itu Batubara ?











Batubara adalah batuan yang mudah
terbakar lebih dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang
merupakan material karbon termasuk inherent moisture. Bahan organik
utamanya yaitu tanaman yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar,
struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik
tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga
menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik dan kimia baik sebelum ataupun
sesudah tertutup oleh endapan lainnya.





  Peroses
Pembentukan BatuBara






Pembentukan
batubara pada umumnya dijelaskan dengan pemikiran bahwa material tanaman terkumpul
dalam suatu periode waktu yang lama, mengalami peluruhan sebagian kemudian
hasilnya teralterasi oleh berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu
juga, dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan
terbentuknya peat




Proses pembentukan batubara terdiri
dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).







a.                 Tahap
penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
Material tanaman yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut







b.                Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia,
dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang
menutupinya, suhu, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari
gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).




Pada tahap
ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen
akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan
menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya
mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga
meta antrasit.






 Syarat Terbentuknya BatuBara


Syarat terbentuknya batubata
mempunyai unsure – unsure sebagai berikut:





1.                 
Tanaman sebagai material ( bahan pembentuk lapisan batubara ) dimana adanya tumbuhan
yang disertai adanya bakteri, jamur, proses oksidasi, dan air.





2.                 
Tektonik  ( Penurunan ) yaitu adanya gaya tektonik
menyebabkan keadaan tempat pengendapan batubara menjadi labil, dan bergerak
turun. Keadaan ini akan memungkinkan terbentuknya lapisan batubara tebal dan
terbentuknya pencabangan batubara dengan ketebalan yang berbeda.





3.                 
Evolusi
tumbuh – tumbuhan, dimana proses ini ada hubungannya dengan unsur geologi dari
tanaman asal, pada daerah sungai banyak meander ( stadium 2 ), banyak dijumpai
endapan delta.





Kelas
Sumber Daya BatuBara





1.
Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)



Sumber daya batu bara hipotetik
adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
tahap penyelidikan survei tinjau.




Sejumlah kelas sumber daya yang
belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di
daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan
dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah
dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan
keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan,
lubang-lubang galian, serta sumur-sumur.




Jika eksplorasi menyatakan bahwa
kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yg cukup
tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan
kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).






2.
Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)


Sumber daya batu bara tereka adalah
jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan prospeksi.


Titik pengamatan mempunyai jarak
yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan.
Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup,
rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti
geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus
dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau
lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.





3.
Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)



Sumber daya batu bara tertunjuk
adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.




Densitas dan kualitas titik
pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan,
kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya
yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi
yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi
ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan
sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km.
termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.



  


4.
Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)



Sumber daya batu bara terukur adalah
jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan,
yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi rinci.






Densitas dan kualitas titik
pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan
batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara . Daerah sumber daya
ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas
data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius
0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub
bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.




Share this

Related Posts

close