Sumber Limbah Kelapa Sawit
Secara umum sumber
limbah kelapa sawit yang berasal dari perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu :
1. Limbah Lapangan
Limbah lapangan merupakan sisa tanaman ynag ditinggalkan waktu
panen, peremajaan, atau pembukaan areal perkebunan baru. Contoh : kayu,
ranting, daun, pelepah, dan gulma hasil penyiangan kebun.
2. Limbah Pengolahan
Limbah yang berasal
dari hasil ikutan yang lerbawa pada, saat panen dan kemudian dipisahkan dari
produk utama saat proses pengolahan. Contoh : Tandan. Kosong, cangkang
Jenis
Limbah Kelapa Sawit
Berdasarkan jenisrnya limbah kelapa sawit dapat digologkan menjadi
tiga macam yaitu :
1.
Limbah Padat Limbah padat
kelapa sawit dapat berupa:
- Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS),
- cangkang atau tempurung
- serabut atau serat
- sludge
atau lumpur
TKKS dan lumpur yang tidak
tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat. Limbah
padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa
oleh hasil pengolahan air limbah.
2. Limbah Cair Limbah cair
kelapa sawit kebanyakan berasal dari proses pengolahan kelapa sawit itu
sendiri seperti proses klarifikasi, proses sterilisasi (pengukusan), dan
buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya limbah cair kelapa sawit mengandung
bahan organik yang tinggi sehingga dapat mencemari air tanah.
3.
Limbah Gas Limbah gas kelapa sawit dapat berupa uap - uap air buangan steam.
Limbah
Cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit ( LCPKS ) berpotensi sebagai
pencemar lingkungan. Hal ini disebabkan kandungan nilai COD, BOD, TS, dan. TDS
yang tinggi. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel .
Berdasarkan hal tersebut maka, dibutuhkan pengolahan lebih lanjut
untuk menurunkan kandungan senyawa organik tersebut.
Tahap Pengolahan Limbah Cair
1. Pendinginan
Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada fat - fit mempunyai
karak-teristik bersifat asam dengan pH 4 - 4,5 dan suhu. 70 - 80 oC. Sebelum limbah
dialirkan kekolam pengasaman, suhunya perlu diturunkan menjadi 40 – 45 oC agar bakteri
mesophilik dapat berkembang dengan baik.
2. Pengasaman
Setelah dari kolam pendingin limbah akan mengalir ke kolom
pengasaman yang lebih berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum
masuk ke kolam anaerobic.
3. Resirkulasi
Resirkulasi dilakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam
anaerobik yang terakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk
menaikkan pH, menambah nutrisi, bakteri dan membantu pendinginan.
4. Pembiakkan Bakteri
Bakteri yang akan digunakan
dalam proses anaerobic pada awalnya dipelihara dalam suatu tempat yang
bertujuan memulai pembiakkan bakteri. Didalam pembiakkan awal perlu ditambahkan
nutrisi yang merupakan sumber energi dalam metabolisme bakteri seperti urea,
phosphat dan limbah yang telah diencerkan. Setelah bakteri menunjukan
perkembangan dengan indikasi timbulnya gelembung – gelembung gas (biasanya 2 -
4 hari), bakteri tersebut dimasukkan ke kolarn pernbiakan yang sebelumnya telah
diisi dengan limbah matang (telah melalui proses pengasaman dan netralisasi
dengan. pH >7) dan selanjutnya dialirkan ke kolarn anaerobic.
5. Proses anaerobik
Dari kolam pengasaman, limbah akan mengalir ke kolom anaerobic
primer.karena pH dari kolam pengasaman masih rendah maka limbah harus
dinetralkan dengan cara mencampurkannya dengan limbah keluaran dari kolom
anaerobic melalui cara sirkulasi pada parit masukan kolom anaerobic. Bersamaan
dengan ini bakteri dari kolom pembiakan dialirkan ke kolom anaerobic. Dalam
anaerobic, bakteri anaerobic yang aktif akan membentuk asam. organic dan gas C02. Selanjutnya bakteri
methane (Metanogenic Bacteria) akan merubah asam organic menjadi methane dan C02. Jika BOD limbah pada
kolom anaerobic primer masih cukup tinggi maka limbah diproses lebih lanjut
pada kolom anaerobic sekunder. Kolom anaerobic sekunder dikatakan beroperasi
dengan baik jika setiap saat nilai parameter utamanya
berada pada tetapan di bawah ini :
- pH : 6 – 8
- VFA : < 300 mg/I
- Alkalinitas : > 2000 mg/l
BOD limbah setelah keluar
dari kolom anaerobic berkisar antara 3500 - 5000 mg/l dengan pH 6 - 9.
6. Proses fakultatif
Proses yang terjadi
pada kolorn ini adalah proses penonaktifan bakteri anaerobic dan prakondisi
proses aerobik. Akfivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada permukaan
kolom tidak dijumpai scum dan tampak kehijau - hijauan.
7. Proses aerobik
Proses yang terjadi pada kolom aerobik adalah proses aerobik. Pada
kolom ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal
ini merupakan proses penyedian oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam
metode pengadaan oksigen dapat dikakukan secara alami dan menggunakan aerator.
8. Masa tinggal
Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas, masa tinggal
limbah selama proses berlangsung mulai kolom pendinginan sampai air dibuang ke
badan penerima membutuhkan waktu masa tinggal selama lebih kurang 120 - 150
hari.
9. Pengoperasian kolom
Berdasarkan pengendalian limbah ditentukan oleh pengoperasian
sistem kolom yang cermat dan perawatan yang baik.
Beberapa pedoman diberikan di
bawah ini :
- Kolom anaerobikfakultatif dan aerobik harus dirancang dan
dioperasikan secara seri. - Scum mempumyai pengaruh yang
baik yaitu mencegah oksidasi langsung oleh udara dan atau sinar matahari yang
mempengaruhi aktivitas bakteri. - Ketebalan lapisan scum tersebut berkisarn antara 5 - 15 cm.
- Kolom fakultatif dan atau aerobik harus dijaga agar selalu tidak
ada scum dan kotoran - kotoran yang terapung. - Semua aliran masukan dan keluaran harus dijaga tetap bersih dan
bebas dari penghalang agar limbah dapat mengalir dengan lancar. - Masa tinggal limbah pada
setiap, kolom harus disesuaikan dengan norma yang ditetapkan. - Instalasi pengolahan limbah
harus dipelihara dan dirawat dengan baik agar instalasi tersebut dapat
dioperasikan dan dikendalikan dengan baik
10. Aplikasi lahan
Pemanfaatan limbah cair
dengan cara aplikasi lahan dapat dilakukan dengan sistem flatbet.
11. Acuan kolam pengendalian
limbah
Ukuran kolarn pengendalian limbah ditentukan oleh :
- Kapasitas
pabrik - Volume
air limbah - Lama
masa tinggal limbah pada kolorn