Faktor-faktor dan Penyebab Korosi (Karatan)















Pasti sering dong melihat Logam-logam macam paku teutama yang warnanya jadi cokelat begitu , nah itu yang dinamakan Korosi (Karatan) , mau tau apa saja faktor-faktor dan penyebab karatan, yuk baca disini 






Faktor Penyebab Korosi





Menurut (Dahliana, 2003),
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan korosi diantaranya :





1.  Faktor
gas terlarut 


Oksigen
(O2), adanya oksigen yang terlarut akan mengakibatkan korosi pada
metal (besi) seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan
meningkatnya kandungan oksigen, kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi
dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Pengaruh dari O2 pada
proses korosi baja akan berbeda pada kondisi yang berlainan. Misalnya ada baja
yang terkorosi lambat, maka dengan penambahan O2 korosi akan
cepat. Penambahan O2 ini dapat dilakukan dengan mengalirkan
udara kedalam suatu medium atau lingkungan tertentu sehingga akan diperoleh
penambahan jumlah O2 terlarut, makin besar laju alir udara yang
diberikan dalam suatu medium tertentu maka akan diperoleh kandungan O2 terlarut
yang semakin besar pula. Hal ini akan berpengaruh pada laju korosi. 
Karbondioksida (CO2),
jika karbondioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO2)
yang dapat menurunkan pH air yang akan menyebabkan air menjadi korosif.





2. Faktor temperatur


Penambahan   temperatur  
umumnya   menambah   laju  
korosi   walaupun kenyataanya  kelarutan 
oksigen  berkurang  dengan 
meningkatnya  temperature.

Apabila 
temperatur  tidak  uniform, 
maka  akan  besar 
kemungkinan  terbentuk

korosi.





3. Faktor pH


Ph
netral adalah 7, sedangkan pH < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk
Ph >7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada
pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada

pH < 7 dan pH > 13.





4. Faktor
bakteri pereduksi atau sulfat reducing bacteria (SRB)


Adanya
bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi H
2S,
yang

mana jika gas tersebut kontak langsung dengan besi
akan

menyebabkan terjadinya korosi pada besi.





5. Faktor
padatan terlarut


-Ion
Klorida (Cl-), klorida menyerang lapisan mild stell dan lapisan
stainless stell. Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, klorida biasanya
ditemukan pada campuran minyak dan air dalam konsentrasi tinggi yang akan
menyebabkan proses korosi. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan
conductivity
larutan garam, dimana larutan garam yang konduktif menyebabkan tingginya laju
korosi.





-Karbonat (CO32-), kalsium karbonat biasanya digunakan sebagai
pengontrol korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung
permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak, hal ini sering menimbulkan
masalah scale.





-Sulfat (SO42-), ion sulfat ini biasanya terdapat dalam minyak.
Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan
bersifat kontaminan, dan oleh bakateri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang
korosif (Dahliana, 2003). 





Jenis-Jenis Korosi


Banyak
hal yang mempengaruhi dan menjadi penyebab terjadinya korosi. Menurut (Fontana,
1986) bentuk-bentuk utama dari korosi adalah seperti korosi seragam,
Intergranular, Galvanic, korosi celah, korosi sumuran, korosi erosi, dan korosi
stres.





1. Korosi
Seragam


Adalah korosi yang terjadi di permukaan logam akibat
reaksi kimia karena pH air rendah dan udara lembab, sehingga makin lama logam
makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini
boleh
dicegah dengan diberi lapis
an
lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk. 


a. Untuk lambung kapal diberi proteksi
katodik


b. Pemeliharaan material yang tepat


c. Untuk jangka pemakain
yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4% (Utomo, 2015).





2. Korosi Intergranular


Yaitu korosi yang
terjadi pada batas butir yang merupakan tempat
 mengumpulnya impuritis atau prespitat dan
lebih tegang. Korosi ini terjadi pada saat suhu metal dingin ditambah
kelembaban udara disekitarnya, menimbulkan kondensasi atau pengembunan serta
diperparah dengan zat pengkarat yang tinggi, kelembapan yang tinggi juga suhu
yang bersifat cyclic (naik turun
secara teratur). Serangan korosi
batas butir
biasa terjadi pada bagian atas cerobong asap yang terbuat dari pelat baja
karbon. Di mana suhu udara di puncak cerobong cukup rendah sehingga berada di
bawah suhu kondensasi (titik embun). Pada daerah tersebut terjadi kondensasi
dari gas bekas yang banyak mengandung uap air.





3. Korosi
Galvanic


Yaitu
korosi yang terjadi pada dua logam berbeda potensial
dalam satu elektrolit. Logam yang mempunyai tahanan korosi kecil (anodik) akan
terkorosi. Korosi galvanis berprinsip pada reaksi yang terjadi pada sel
galvanis. Sel galvanis adalah korosi yang terdiri dari dua jenis metal (bimetal corrosion) di mana terdiri dari
dua jenis metal yang berbeda. Metal yang mulia akan menjadi katoda sedangkan
metal yang kurang mulia akan menjadi anoda. Anoda akan mengalami pengkaratan
terlebih dahulu karena elektron mengalir dari anoda ke katoda (metal yang lebih
mulia). Aliran tersebut menimbulkan pembentukan ion-ion positif pada anoda yang
kehilangan kandungan elektron di dalamnya. Ion positif dari anoda akan beraksi
dengan ion negatif dalam elektrolit lalu menghasilkan garam metal, permukaan
anoda akan kehilangan metal lalu muncul sumur-sumur karat.

Korosi ini dapat dicegah dengan cara :


a. Beri isolator
yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit


b. Pasang
proteksi katodik


c. Penambahan
anti korosi inhibitor pada caira
n (Utomo, 2015).





4. Korosi
Celah


Yaitu korosi yang sering terjadi pada celah dan permukaan
tertutup lainnya dari suatu logam yang terletak pada corrosive media.
Tipe korosi jenis ini biasanya dalam skala kecil dari larutan yang terperangkap
melewati lubang, gasket, lap joint maupun baut.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan
terjadi korosi merata di luar dan di dalam celah sehingga terjadi oksidasi
logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen di dalam celah akan habis
sedangkan oksigen di luar celah masih banyak. Hal ini menyebabkan permukaan
logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam di
bagian dalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
Korosi yang terjadi di logam yang berdempetan
dengan logam lain diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air
sehingga kosentrasi O2 pada mulut kaya disbanding pada bagian dalam,
sehingga
pada bagian dalam lebih anodik,
bagian mulut jadi katodik. Korosi ini
boleh
dicegah dengan cara :


a. Isolator 


b. Dikeringkan bagian yang basah


c. Dibersihkan kotoran yang ada (Utomo, 2015)





5. Korosi
Sumuran (Pitting corrosion)


Adalah
korosi yang disebabkan karena komposisi logam yang tidak homogen yang dimana
pada daerah batas timbul korosi yang berbentuk sumur. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara :


a. Pilih bahan yang homogen


b. Diberikan inhibitor


c. Diberikan coating dari zat agresif (Utomo, 2015).





6. Korosi
Erosi
(Erosion Corrosion)


Korosi
yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar,
bagian-bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga diakibatkan karena
fluida yang sangat deras
, dapat
mengkikis film pelindung logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan
propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :


a.
Pilih bahan yang homogen


b.
Diberi
kan coating dari zat
agresif


 c.
Diberi inhibotor


d.
Hindari aliran fluida terlalu deras
(Utomo,
2015).





7. Korosi Stress 


Terjadi
karena butiran logam yang berubah bentuk karena logam mengalami perlakuan
khusus ( macam diregang, ditekuk dll.) sehingga butiran menjadi tegang dan
butiran ini sangat mudah bereaksi dengan lingkungan. Korosi jenis ini
boleh dicegah dengan cara :


a.
Diberi
kan inhibitor 


b. Bila
ada logam yang mengalami streses, logam harus direlaksasi
(Utomo,
2015).





Share this

Related Posts

close