Kerajaan
Majapahit tidak akan menjadi sebuah Kerajaan yang terluas di Nusantara setelah
Kerajaan Melayu Sriwijaya kalau tidak karena seorang tokoh terkenal yang bernama
Gajah Mada. Beliau ialah Rakryan Mahapatih (setara dengan Perdana Menteri)
untuk kerajaan Majapahit yang ketika itu masih berkuasa di sekitar Pulau Jawa
saja. Banyak yang berdiskusi mengenai asal-usul Gajah Mada. Ada yang mengatakan
dia keturunan MELAYU SUMATERA, bukannya jawa seperti mana keturunan Raja
Jayanegara sendiri, mempunyai darah Melayu Sumatera di dalam diri. Antara
sejarawan Indonesia yang berbicara adalah dari Universitas Jambi (Unja),
Fachrudin Saudagar.
Antara
bukti yang coba dibawa oleh beliau adalah Tambo Adat yang disimpan masyarakat
Hiang Tinggi yang oleh pengkaji juga diyakini sebagai salah satu dusun tertua
di Kerinci, disebutkan Gajah Mada adalah keturunan dari Indarjati, nenek moyang
masyarakat setempat, Tambo adat umumnya berisi silsilah dan gambaran sejarah
peradaban masyarakat di masa lalu di sebuah kawasan. Majapahit dilantik oleh
Raden Wijaya di tahun 1293 Masehi setelah berhasil mengalahkan bala tentara
Monggol. Kemudian, di tahun 1309, Jayanegara mengambil alih tahta dari ayahnya
Raden Wijaya.
Namun,
kenaikan Jayanegara kemudiannya mencetuskan beberapa buah pemberontakan yang
dimulai oleh pembesar Rangga Lawe, kemudian bertambah ke pembesar-pembesar lain
seperti Sora, Juru Demung, Gajah Biru, Nambi, Semi dan Kuti. Ketika
pemberontakan Semi dan Kuti, ketokohan Gajah Mada sebagai seorang pemimpin dan
jendral perang yang hebat teruji. Angkatan tentara pemberontak yang diketuai
oleh Semi dan Kuti telah menyerang angkatan tentara Jayanegara dan berhasil
menawan kota Majapahit. Jayanegara terpaksa melarikan diri ke Kampung Badander.
Ketika itu, Gajah Mada mahu melihat dukungan pembesar-pembesar lain dan rakyat
Majapahit sama ada mereka condong ke arah pemberontak atau Jayanegara. Beliau menyebarkan
cerita bahwa Jayanagera sudah mati. Kabar angin itu membuat para pembesar dan
banyak rakyat Majapahit menangis.
Dan
hasilnya, Gajah Mada mendapati bahwa kesetian pembesar dan rakyat masih ada pada
raja Jayanegara lalu Gajah Mada bersepakat dengan pembesar yang lain dan
berhasil merampas kembali kota pemerintahan Majapahit. Namun, setelah lama
Jayanegara berkuasa, kepimpinan Jayanagera tidak disenangi oleh Gajah Mada.
Selain kekejaman Jayanegara, raja itu juga dikatakan terlalu melindungi dengan sangat dua orang adik tiri
perempuannya.
Dikatakan
Jayanagara melindungi sangat dua adik tiri perempuannya, puteri permaisuri
termuda Kertarajasa, Dyah Dewi Gayatri. Jayanegara tidak mahu menikahi dua adik
tirinya karena bimbang akan tahtanya selain dia berlaku tidak senonoh pada dua
orang adik tirinya. Semua pembesar yang berkehendakkan dua adik tirinya telah
diusir dari istana oleh Jayanegara. Ini melanggar adat ketika itu. Pada
Kemuncaknya, Gajah Mada mengatur sebuah rancangan untuk membunuh Jayanegara.
Seorang pembesar bernama Tanca yang memang membenci Jayanegara dihasut oleh
Gajah Mada.
Kebetulan,
ketika itu, Jayanegara sedang sakit dan memerlukan pembedahan. Dan Tanca yang
memang berilmu dalam pembedahan ini telah dikirimkan untuk merawat dan
melakukan pembedahan ke atas Jayanegara. Namun, ketika pembedahan Jayanegara
telah dibunuh oleh Tanca. Namun Gajah Mada tidak dipersalahkan dalam hal ini
karena dia hanya dilihat mau menyelamatkan raja dari sakit. Maka, dia akan
terlihat sebagai pahlawan melindungi raja dan meraih dukungan rakyat.
Gajah
Mada adalah salah seorang penakluk hebat dalam sejarah Nusantara, sebanding
dengan Maharaja Dharaindra dari Srivijaya, Maharaja Chandrabanhu daripada Sri
Dharmaraja dan juga Sultan Iskandar Muda dari Acheh. Gajah Mada terkenal akan
sumpahnya (atau menifesto politiknya) di tahun 1336 Masehi. Masih terukir dalam
sejarah sumpahnya untuk menyatukan kembali Nusantara yang telah terpecah
setelah runtuhnya Kerajaan Melayu Srivijaya. Di hadapan pemerintah
Majapahit,Tribhuwana Wijayatunggadewi dan para bangsawan Majapahit di istana
ketika itu.
Gajah
Mada telah bersumpah:
“Jika
aku berhasil menundukkan Nusantara, barulah aku akan berhenti berpuasa (tidak
memakan makanan pedas dan buah). Jika Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang,
Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk, barulah aku akan berhenti
berpuasa.”
Sumpah
ini dikenali sebagai Sumpah Palapa. Namun, ketika Gajah Mada melafazkan sumpah
ini, dia telah ditertawakan oleh para pembesar. Katanya Gajah Mada hanya mampu
bermimpi saja. Dia harus berpijak di bumi yang nyata. Pembesar yang menghinanya
itu terus saja dibunuh oleh beliau, dan pembesar yang lain pula dipaksa oleh
Gajah Mada untuk mematuhinya. Kalau tidak, mereka akan menerima nasib yang
sama. Setelah ketegasan Gajah Mada ini dipamerkan, barulah para pembesar yang
lain memberi kerjasama untuk menjayakan mimpi Gajah Mada.
Maka,
setelah itu, lahirnya seorang Bismarck di alam Nusantara apabila dasar Darah
Dan Besi yang pernah diangkat oleh Bismark dalam pemerintahannya telah
digunakan oleh Gajah Mada ratusan tahun lebih awal untuk menyatukan seluruh
Nusantara seperti mana Bismark menyatukan seluruh Jerman. Gajah Mada bernasib
baik karena Permasuri Tribhuwana Wijayatunggadewi banyak terhutang budi dengan
Gajah Mada sehingga diberi lampu hijau untuk meneruskan dasar perluasan
kekuasaan.
Gajah
Mada memulai kampanye menaklukkan Nusantara dengan menyerang Bali dan Lombok.
Kemudian, armada kapal diantar untuk menghapuskan sisa Kerajaan Melayu
Srivijaya, yaitu Kerajaan Malayu di Palembang. Kemudian, dia berhasil menaklukan
Minangkabau di Sumatera barat dan raja Adityavarman diletakkan sebagai raja
boneka Majapahit di situ. Selepas itu, Gajah Mada pun menawan Kesultanan Islam
Pasai, Bintan, Tumasik, dan Kalimantan.
Selepas
Tribuwanatunggadewi turun takhta, dan Hayam Wuruk iaitu anak
Tribuwanatunggadewi menaiki takhta, Gajah Mada meneruskan kampanye penaklukan
di bawah raja baru. Kerajaan Majapahit kemudian semakin melebar sehingga
berhasil menawan Logajah, Gurun, Seram, Hutankadali, Sasak, Buton, Banggai,
Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda),
Ambon, Timor, dan Dompo. Pada puncaknya, Kerajaan Majapahit menaungi seluruh
Nusantara termasuk Selatan Filipina, Sulawesi, Kalimantan, dan Tanah Melayu.
Ini menjadikan di bawah Gajah Mada, Majapahit menjadi Kerajaan terluas dalam sejarah
Nusantara setelah Kerajaan Melayu Srivijaya.
Namun,
setelah kepergian Gajah Mada di tahun 1364, kelihatannya Majapahit telah meredup. Kerajaan Majapahit
tidak megah seperti zamannya. Maka, bermulailah setiap wilayah-wilayah yang
berada di bawah jajahan Majapahit mulai keluar dan mengisytiharkan kemerdekaan.
Tidak lama kemudian, naiknya sebuah lagi kerajaan Melayu, iaitu Kesultanan
Melayu Melaka menguasasi Nusantara selepas meredupnya Majapahit.
Kata
sejarawan Indonesia yang terkenal, Prof. Slamet Muljono:
“Hakikatnya
sejarah Majapahit yang gemilang itu sebenarnya ialah sejarah hidup Patih
Amangkubumi Gajah Mada.” Sesungguhnya, Sang Gajah Mada ialah PENAKLUK yang mesti
dikenang di dalam sejarah Nusantara. Legasi Gajah Mada amat besar di Indonesia.
Pada peringkat awal republik, para pemimpin kemerdekaan seperti Soekarno
seringkali memetik sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi dan "bukti"
bahawa negara boleh bersatu di sebalik batas yang luas dan berbagai budaya.
Oleh
yang demikian, Gajah Mada adalah sumber inspirasi yang hebat ketika Revolusi
Kebangsaan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan Belanda.